DOSISBERITA.COM – Pemerintah Rusia menuduh Amerika Serikat bertanggung jawab atas serangan rudal taktis ATACMS mematikan yang menyasar bangunan sipil di Sevastopol, Krimea. Pada Minggu, 23/6/2026
Menyikapi situasi itu, kementerian luar negeri (Kemenlu) Rusia kemudian memanggil Duta Besar Amerika untuk Rusia, Lynne Tracy, pada Senin, 24 Juni 2024 berkaitan dengan serangan itu.
Juru bicara kepresidenan rusia, dmitry peskov, menyatakan rusia memahami bahwa bukan kyiv yang mengarahkan rudal dan memastikan peluncurannya.
“Kami telah melihat serangan rudal yang sangat biadab di krimea. Kami sangat memahami siapa yang berada otak dibalik serangan ini, siapa yang menargetkan rudal-rudal yang canggih seperti ini. bukan ukraina yang merencanakan peluncuran ini,” kata peskov.
Presiden rusia Vladimir Putin sebelumnya telah mencatat bahwa sistem berteknologi tinggi seperti rudal ATACMS tidak ditangani oleh personil ukraina. menurutnya, produsen sistem ini, yakni amerika, tentu bertanggung jawab atas informasi intelijen, pemanduan, dan penetapan sasaran rudal.
Menanggapi tuduhan itu, dewan keamanan gedung putih membantah ikut terlibat dalam serangan itu. “Ukraina membuat keputusan sendiri mengenai sasarannya dan melakukan operasi militernya sendiri.”
Dilansir dari BBC. Bahwa amerika telah memasok rudal ATACMS ke Ukraina selama lebih dari setahun. Sistem ini memungkinkan pasukan ukraina untuk menyerang sasaran hingga 300 kilometer jauhnya.
Sementara itu pihak ukraina menyatakan lewat penasehat kepresidenan Mikhailo melalui telegramnya, “bahwa target dan serangan tersebut adalah sah, karena krimea adalah wilayah Ukraina yang diduduki rusia”.
““Krimea juga merupakan kamp dan gudang militer yang besar, dengan ratusan sasaran militer langsung, yang coba disamarkan dan ditutup-tutupi oleh Rusia dengan warga sipil mereka sendiri.”
Hal itu juga dikabarkan kantor berita Ukraina Ukrinform, juru bicara Angkatan Laut Ukraina, Dmytro Pletenchuk, menyatakan bahwa Ukraina tidak akan menimbulkan kerusakan akibat ledakan pada objek sipil dan bahwa Rusia-lah yang justru telah mengabaikan keselamatan penduduk sipil. (**)